Serat wedhatama pupuh gambuh artinya
jawaban
Mangka kanthining tumuwuh, Salami mung awas eling, Eling lukitaning alam, Dadi wiryaning dumadi, Supadi nir ing sangsaya, Yeku pangreksaning urip. dewe
Pupuh Gambuh dalam Serat Wedhatama terdapat pada bait ke 48-82. Kita akan mengambil 3 bait lalu dijabarkan arti beserta kesimpulannya:
- Bait ke-48. yang berjudul “Sembah Catur“
Samengko ingsun tutur,
Saat ini saya memberi nasihat
sembah catur supaya lumuntur,
empat macam ibadah supaya kamu paham,
dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki,
yaitu jasad, cipta, jiwa (ruh) dan rasa,
ing kono lamun tinemu,
di sana akan ditemukan,
tandha nugrahaning Manon.
tanda-tanda anugrah dari yang Maha Kuasa.
Kesimpulan: Jika kita ingin mengetahui tanda-tanda anugerah dari Tuhan, kita harus memahami empat macam ibadah yaitu jasad, cipta, rasa dan jiwa.
- Bait ke-49, yang memiliki judul “Sembah Raga“
Sembah raga punika,
ibadah tubuh adalah,
pakartine wong amagang laku,
perbuatannya orang yang melakukan perjalanan,
sesucine asarana saking warih,
dengan bersuci menggunakan sarana air,
kang wus lumrah limang wektu,
yang sudah terbiasa dengan ibadah lima waktu
wantu wataking weweton.
bersifat menuruti aturan dan rukun.
Kesimpulan: Melakukan ibadah tubuh dilakukan sebayak lima waktu dengan cara membasuh diri dengan air. Jika sudah terbiasa akan membentuk sifat kita menjadi taat beribadah.
- Bait ke-50, yang berjudul “Sarengate Elok-Elok“
Inguni uni durung,
Zaman dulu belum pernah,
Sinarawung wulang kang sinerung,
diperkenalkan ajaran tentang sembunyi diri,
lagi iki bangsa kas ngetokken anggit,
baru sekarang sekelompok orang mulai memperlihatkan angan-angannya,
mintokken kawignyanipun,
memperlihatkan keahliannya,
sarengate elok-elok.
dengan cara bermacam-macam.
Kesimpulan: Zaman dulu belum pernah diajarkan pelajaran tentang ilmu sembunyi (olah batin atau tenaga dalam). Namun sekarang banyak orang yang berbondong-bondong menunjukkan keahliannya yang bermacam-macam.
Pembahasan:
Serat Wedhatama merupakan karya sastra dalam bentuk puisi bersambung yang diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Sri Mangkunegara IV. Berasal dari kata “serat” yang memiliki arti tulisan, “wedha” yang memiliki arti ilmu/ajaran, dan “tama” yang memiliki arti kebaikan. Serat ini berisi tentang ajaran cara berperilaku manusia dalam menjaga kebaikan serta berbudi pekerti luhur.